Pages

Minggu, 24 Februari 2013

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KENTANG varietas Granola L

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari. Kentang merupakan komoditas sayuran dengan kegunaan ganda, yaitu sebagai sayuran dan substitusi kabohidrat. Kentang digunakan sebagai makanan olahan, usaha rumah tangga, restoran siap saji, sampai industri besar untuk pembuatan tepung dan keripik. Pasar kentang bukan hanay di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri sebagai komoditas ekspor yang menguntungkan.
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditi hortikultura yang mendapat prioritas. Dikarenakan kentang ini dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai potensi dalam program diversifikasi pangan. Keadaaan tersebut mengakibatkan bertambah luasnya pertanaman dan permintaan bibit kentang berkualitas. Pada pertanaman kentang serangan hama kutu daun atau aphid merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahnya produksi kentang
Pendekatan PHT lebih kepada upaya pengelolaan lingkungan yang tidak disukai oleh OPT, tetapi tetap menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman kentang. Pelaksanaan PHT perlu tindakan bijaksana sejak perencanaan sampai hasil panen, termasuk didalamnya pemilihan lahan, bibit, pemeliharaan, pemantauan, tindak lanjut yang harus diambil, dll.
Informasi Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kentang perlu dipahami dengan baik agar para petani dapat meningkatkan produktivitasnya. Informasi ini dilengkapi dengan pengetahuan tentang OPT penting pada tanaman kentang, pengetahuan tantang musuh alami, penerapan PHT yang baik serta penggunaan pestisida yang selektif maupun penggunaan pestisida nabati.
1.2 Rumusan Masalah
§ Hama dan Penyakit apa saja yang biasa menyerang tanaman Kentang varietas Granola L ?
§ Bagaimana cara pengendalian untuk Hama dan Penyakit tanaman kentang varietas Granola L ?
1.3 Tujuan
  • Mengetahui dan mengidentifikasi hama dan penyakit pada tanaman kentang.
  • Menemukan cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kentang tersebut di lapangan (petani).
  • Identifikasi PHPT dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Pengendalian
Pengendalian terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada kentang perlu dilakukan secara berkala. Pada musim hujan seringkali mengalami serangan penyakit busuk daun, tetapi sebaliknya pada musim kemarau hama sering menimbulkan masalah yang serius. Disadari bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan akan memberikan dampak yang merugikan. Untuk menghadapi permasalahan tersebut dalam upaya meningkatkan produktivitas kentang sebaiknya para petani perlu dibekali pengendalian hama terpadu (PHT).
Pada budidaya kentang, sering terdapat gangguan seperti masalah teknis dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Centre International Potato bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang telah mengiventarisasi OPT pada kentang yang menghasilkan 72 jenis, terdiri dari 4 bakteri patogen, 13 cendawan patogen, 15 jenis virus patogen, 8 jenis penyakit fisiologi, 31 jenis hama dan 1 jenis mikoplasma patogen. Jumlah sebanyak itu dikumpulkan dari beberapa negara maupun daerah penghasil utama kentang.
2.2 Pengendalian secara Kimia
Pengendalian hama secara kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan hama tanaman menggunakan pestisida, yaitu zat kimia pembasmi hama tanaman. Pestisida terdiri atas insektisida, larvasida, fungisida, dan algasida.
a. Insektisida digunakan untuk memberantas serangga (insekta).
b. Larvasida digunakan untuk memberantas larva (ulat).
c. Fungisida digunakan untuk memberantas jamur (fungi).
d. Algasida digunakan untuk memberantas ganggang (algae).
Penggunaan pestisida harus dilakukan secara cermat dan hati-hati mengikuti aturan pakai. Hal ini karena pestisida terbuat dari zat kimia yang berbahaya. Dampak penggunaan pestisida antara lain sebagai berikut.
a. Dapat membunuh hewan lain yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia.
b. Apabila masuk ke dalam bahan makanan dapat bersifat racun sehingga membahayakan kesehatan manusia.
c. Dapat merusak keseimbangan ekosistem.
Ada juga pengendalian hama secara kimiawi dengan menggunakan sistem fumigasi. Fumigasi adalah cara pengendalian hama dengan menggunakan gas beracun Methyl Bromide (CH3Br). Dengan dosis yang sesuai, fumigasi dapat membunuh rayap, tikus, kumbang, ngengat, dan lainlain. Fumigasi memiliki tingkat penetrasi yang tinggi dan dapat membunuh semua tingkat perkembangan hama tanpa mengotori bahan atau tanaman yang difumigasi. Namun, karena bahan yang digunakan adalah senyawa beracun maka penggunaan lebih lanjut masih dipelajari lebih lanjut supaya tidak terjadi dampak yang merugikan.
2.3 Pengendalian secara Budidaya
2.3.1 Sanitasi
Artinya membersihkan sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman setelah panen. Sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman tersebut seringkali dijadikan sebagai :
- Tempat berlindung
- Tempat berdiapause
-Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali                              
Dengan melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama tersebut sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya menjadi berkurang.
Jadi sanitasi dapat dilakukan terhadap :
- Sisa-sisa tanaman yang masih hidup
- Bagian-bagian tanaan yang terserang hama
- Sisa-sisa tanaman yang telah mati
- Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal pada permukaan tanah
2.3.2 Pengolahan Tanah
Ada spesies serangga tertentu yang sebagian siklus hidupnya dalam tanah. Contoh: Agrotis iphsilon. Jika tanah diolah serangga tersebut akan terangkat ke atas, mati karena sengatan sinar matahari ataupun ditemukan oleh musuh-musuh alaminya seperti Heliothis sp.
2.3.3 Pengairan
Pada daerah yang beririgasi teknis, pengaturan air terutama untuk sawah dapat digunakan untuk pengendalaian hama tertentu pada tanaman padi.
2.3.4 Pergiliran Tanaman
Tujuannya adalah untuk memutuskan siklus hidup hama tertentu. Caranya jangan menanam spesies tanaman yang menjadi inang dari hama tertentu.
Contoh : Padi --) Kacang-kacangan --) Padi
Hama pada padi bukan hama pada kacang-kacangan.
2.3.5 Penanaman Serentak
Penanaman serentak dimaksudkan agar ketersediaan bahan makanan untuk hama menjadi lebih singkat dan pada suatu saat pertanaman tidak ada populasi hama dan populasi hama dapat dihambat.
2.3.6 Pengaturan Jarak Tanam
Jarak tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan juga terhadap populasi hama per unit waktu. Serta berpengaruh terhadap perilaku hama dalam mencari makan dan tempat bertelur. Hasil penelitian di IRRI terlihat bahwa jarak tanam padi yang lebar sangat menurunkan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens).
2.3.7 Pemupukan
Tanaman teh yang terserang hama penggerek batang (Xylobarus fornicatus) di Srilanka dapat dikurangi intensitas serangannya dengan pemberian pupuk N yang cukup. Unsur N dapat merangsang jaringan baru pada bagian yang rusak.
2.3.8 Penanaman Tanaman Perangkap
Tanaman perangkap adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk menarik dan memusatkan hama pada tanaman tersebut untuk kemudian dikendalikan dengan pestisida. Contoh : kacang hijau dan jagung yang di tanam diantara tanaman kapas dapat mengurangi populasi Sundapteryx dan Heliothis sp. Pada tanaman kapas.
2.3.9 Tumpang Sari
Tumpang sari merupakan menanam tanaman yang berbeda dua atau lebih untuk pengendalian hama.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Metode penelitian yang kami lakukan adalah dengan menggunakan pendekatan analitik, wawancara dan observasi. Penelitian ini menitik beratkan pada bagaimana cara petani mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kentang varietas Granola L.
Penelitian ini dilakukan pada Jumat, 9 November 2012 di Desa Argalingga Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka.Data penelitian yang berhubungan Hama dan Penyakit pada tanaman kentang. Data Primer diperoleh dengan cara mengumpulkan data secara langsung dari petani. Data Sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dan informasi awal yang terdapat pada buku, laporan-laporan, jurnal ilmiah ataupun sumber kepustakaan lainnya yang diperoleh dari instansi terkait maupun sumber pustaka lainnya.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
  • Kamera
  • Note
  • Pulpen
  • Bahan bacaan
3.2.2 Bahan :
  • Sampel tanaman yang terserang hama dan penyakit
  • Hama-hama yang ditemukan dilapangan
3.3 Metode
3.3.1 Observasi Lapangan
Melalui teknik ini, data yang dibutuhkan, terutama mengenai gambaran umum dari objek yang diamati, didokumentasikan dan digunakan juga sebagai bahan untuk melakukan wawancara. Observasi dilakukan ke lahan yang dijadikan tempat untuk budidaya tanaman kentang sehingga kita bisa langsung mengidentifikasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman kentang dilapangan.
3.3.2 Wawancara
Pada awalnya dilakukan pemaparanoleh narasumber yang merupakan petani kentang mengenai hama dan penyakit tanaman kentang, kemudian wawancara terbuka berdasarkan data hasil observasi lapangan, dan dilakukan juga wawancara mengenai informasi yang telah diketahui.
3.3.3 Studi Literatur
Untuk mendukung pemecahan masalah dan tujuan dari studi juga dilakukan studi kepustakaan. Hal ini merupakan salah satu bentuk rujukan konseptual dan teoritis bagi keseluruhan proses studi, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga diharapkan hasil studi ini dapat dipertanggung jawabkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi tanaman Kentang
4.1.1 Klasifikasi Tanaman Kentang
Tanaman kentang varietas Granola-L berumur 100 – 110 hari dengan tinggi kurang dari 80 cm, kanopi daun cukup rimbun, daun berwarna hijau agak gelap, tipe pertumbuhan semi upright, warna batang hijau anticianin lemah.
Umbi kentang varietas Granola-L berbentuk oval, kulit umbi kuning, daging umbi kuning, mata dangkal dengan potensi hasil 25 – 30 ton/ha. Dalam dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Subdivisi : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Solanaceae
e) Genus : Solanum
f) Species : Solanun tuberosum L.
Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar, di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L dan lain-lain. Varitas kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah kentang kuning varitas Granola, Atlantis, Cipanas dan Segunung .
Deskripsi Tanaman Kentang Varietas Granola
(Solanum tuberosum L.)
1. Asal : Introduksi Jerman Barat
2. Klon : Granola
3. Umur : 110-115 hari
4. Tinggi Tanaman : 60-70 cm
5. Penampang Batang : Segi lima
6. Bentuk Daun : Oval
7. Sayap Batang : Oval
8. Permukaan Bawah Daun : Berkerut
9. Kedalaman Mata Umbi : Dangkal
10. Warna Batang : Hijau
11. Warna Daun : Hijau
12. Warna Urat Daun : Hijau Muda
13. Warna Benang Sari : Kuning 5 buah
14. Warna Putik : Putih
15. Warna Daging Umbi : Kuning-Putih
16. Jumlah Tandan Bunga : 2-5 Buah
17. Kandungan karbohidrat : 20%
18. Ketahanan Penyakit : Tahan PVA, PLRV, agak peka terhadap
Layu Bakteri dan Busuk Daun
19. Produktivitas : 20-26 ton/ha
20. Kadar Air : 30%
21. Kegunaan : Kentang Sayur
Sumber: Surat Kepmentan No. 444/KPTS.TP.240/6/1993 tanggal 25 Juli 1993 dalam Rukmana (2002).
4.1.2 Manfaat Tanaman
Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg
4.1.3 Iklim
Daerah dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang. Daerah yang sering mengalami angin kencang tidak cocok untuk budidaya kentang. Lama penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis adalah 9-10 jam/hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa perkembangan umbi. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18-21 derajat C. Pertumbuhan umbi akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10 derajat C dan lebih dari 30 derajat C. Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80-90%. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan.
4.1.4 Media Tanam
Secara fisik, tanah yang baik untuk bercocok tanaman kentang adalah yang berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam. Sifat fisik tanah yang baik akan menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah. Tanah yang memiliki sifat ini adalah tanah Andosol yang terbentuk di pegunungan-pegunungan. Keadaan pH tanah yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi antara 5,0-7,0, tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah tidak cocok ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan pada tanah yang memiliki nilai pH sekitar 7.
4.1.5 Ketinggian Tempat
Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan, dengan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar antara 1000-1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran menengah (300-700 m dpl).
4.2 Hama Tanaman Kentang Granola L
4.2.1 Aphids (Kutu daun)
Serangga ini dikenal sebagai vektor (penular) virus dibanding sebagai hama. Ukurannya kecil 1,8-2,3 mm, ada yang bersayap dan ada juga yang tidak bersayap. Hdupnya sering berkoloni dan tinggal dibalik daun kentang. Serangan langsung dari aphids menyebabkan daun menjadi keriput, pertumbuhan menjadi terhambat karena cairan sel dihisap, serangan hebat aun menjadi gugur.
4.2.2 Lalat Penggorok Daun (Liriomyza huidobrensis)
Lyriomyza atau Lalat Penggorok Daun Tanaman Kentang menjadi hama utama pada tanaman kentang. Hama ini menyerang dengan bertelur di dalam daun kentang saat daun berumur 35 hari. Telur menetas ketika mencapai usia seminggu atau dua minggu dan hidup di dalam daun sampai cuaca terik matahari ia muncul ke permukaan. Serangan ini mengakibatkan daun kering dan apabila dibiarkan bisa mengakibatkan gagal panen.
Gambar 1. Dampak dari serangan liriomyza
Gambar 1. Dampak dari serangan liriomyza
Sumber : Arsip Kelompok 1
Kerusakan yang disebabkan oleh lalat ini bisa disebabkan oleh lalat dewasa maupun larvanya. Biasanya dun berlubang kecil-kecil atau menggorok ke dalam epidermis dan tulang daun sehingga pada daun tampak ada larikan putih.
4.2.3 Thrips (Bereng)
Kerusakan yang terjadi dilapangan yaitu permukaan daun keriput disertai ada bintik kuning. Biasanya thrips berwarna coklat bergerak sangat lincah.
2 Gambar 2. Daun yang terserang thrips
Sumber : Arsip Kelompok 1
4.3 Penyakit Tanaman Kentang Granola L
4.3.1 Penyakit Layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh patogen yaitu bakteri Ralstonia solanacearum, gejala yang terjadi yaitu tanaman layu sebagian atau secara keseluruhan dengan bagian daun menguning dan akhirnya mati. Tapi ada juga pucuknya layu tetapi kentangnya sudah busuk.
3 Gambar 3. Tanaman yang terserang penyakit Layu bakteri
Sumber : Arsip kelompok 1
4.3.2 Virus daun menggulung
Tanaman yang terserang virus ini daun bagian bawah menggulung serta daunnya menguning, tegak dan lebih kecil, stolonnya sedikit dan umbinya kecil.
4
Gambar 4. Daun yang terserang virus
Sumber : Arsip Kelompok 1
4.3.3 Busuk daun
Tanaman yang terserang busuk daun, daunnya terdpat bercak berwarna coklat tua dan lama kelamaan daunnya menjadi busuk. Umumnya dibawah permukaan daun yang bergejala terdapat serbuk putih yang mengandung banyak spora.gejala ini juga bisa menyerang batang tanaman.
5
Gambar 5. Busuk daun
Sumber : Arsip kelompok 1
4.4 Pengendalian Hama
4.4.1 Kutu daun (Aphis Sp)
Pengendalian: dengan cara memotong dan membakar daun yang terinfeksi, menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
4.4.2 Hama trip (Thrips tabaci)
Pengendalian: secara mekanis dengan cara memangkas bagian daun yang terserang; secara kimia menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP.
4.5 Pengendalian Penyakit
4.5.1 Rotasi Tanaman
Rotasi tanaman ini baik sebagai salah satu cara untuk memutus penyediaan makanan bagi hama di suatu tempat yaitu dengan tidak menanan suatu jenis tanaman sama dari suatu musim ke musim yang lain.pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis tanaman yang ditanam pada suatu musim berbeda dengan jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman tersebut bukan merupakan inang hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif makan.
Rotasi tanaman untuk tanaman kentang varietas Granola L sebaiknya dirotasi dengan bawang daun karena dapat memperkecil populasi hama Aphids (Kutu daun). Selain dengan bawang daun rotasi tanaman kentang ini bisa dengan Wortel tetapi tanaman wortel ini mendatangkan nematoda yang menjadi inang bakteri.
4.5.2 Pemberoan Lahan
Pemberoan lahan pada suatu tempat dilakuka dengan tujuan mengosongkan lahan sehingga hama tidak menjumpai makanan yang sesuai sehingga populasi hama enurun. Pemberoan lahan dilakukan juga untuk pengawetan tanah. Dalam melakukan pemberoan perlu diperhatikan sifat biologi dan perilaku hama. Biasanya pemberoan dilakukan selama 3 musim atau ±9 bulan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Hama tanaman kentang varietas Granola L
§ Kutu daun (Aphids Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus bagi tanaman kedelai.
Pengendalian: dengan cara memotong dan membakar daun yang terinfeksi, menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
§ Lalat Penggorok
§ Hama trip (Thrips)
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, selanjutnya berubah menjadi abu-abu perak dan kemudian mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda.
Pengendalian: secara mekanis dengan cara memangkas bagian daun yang terserang; secara kimia menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP.
5.1.2 Penyakit tanaman kentang varietas Granola L
§ Penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum.
Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning.
Pengendalian: dengan cara menjaga sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pemberantasan secara kimia dapat menggunkan bakterisida, Agrimycin atu Agrept 25 WP.
§ Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah:
- Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung;
- Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun;
- Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal;
- Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung;
- Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas .
Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda.
Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, memberantas vektor dan pergiliran tanaman.
§ Penyakit busuk daun (jamur Phytopthora infestans).
Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah, lalu bercak-bercak ini akan berkembang dan warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium. Selanjutnya daun akan membusuk dan mati.
Pengendalian: menggunakan Antracol 70 WP, Dithane M-45, Brestan 60, Polyram 80 WP, Velimek 80 WP dan lain-lain
5.2 Saran
Saran kami untuk pengendalian hama dan penyakit tanman kentang adalah menggunakan PHPT karena berdampak lebih baik daripada dengan pengendalian yang menyebabkan dampak yang negatif untuk lingkungan maupun manusia.
DAFTAR PUSTAKA
· KasumbogoUntung,1993,Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu.Yogyakarta;Gadjah Mada University Press.
· http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=hamakentangl-&catid=15:homediakses 15/11/2012
· http://www.probolinggokab.go.id/site/index.php?option=com_content&task=view&id=1857&Itemid=92diakses15/11/2012
· http://www.field-indonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=27&Itemid=63&lang=iddiakses10/11/2012
Lampiran
Foto Kunjungan Kelompok 1
a  b 
c  d

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar