Pages

Rabu, 13 Maret 2013

Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays) Seluas 2 x 8 m2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Namun sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan akan jagung kita masih harus mengimpor dari luar negeri karena produksinya belum mencukupi. Padahal ketersediaan lahan budidaya masih luas. Untuk menghasilkan produksi jagung yang tinggi diperlukan teknik budidaya jagung yang tepat.

Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan (mensubstitusi) beras sebab :

a. Jagung memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori yang terkandung pada padi

b. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan biji padi, sehingga jagung dapat pula menyumbangkan sebagian kebutuhan protein yang diperlukan manusia

c. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak kering pun jagung masih dapat ditanam (AAK, 2006).

Prospek usaha tani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Hasil penelitian agroekonomi tahun 1981-1986 menunjukkan bahwa permintaan terhadap jagung terus meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan laju pertumbuhan penduduk, peningkatan konsumsi perkapita, perubahan pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan benih (Rukmana, 1997).

Di dalam negeri, jagung dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan industri. Proporsi penggunaan jagung di Indonesia pada tahun 2001 adalah 57 % untuk pakan, 34 % untuk pangan, 3 % untuk bahan baku industri, 1 % untu benih, dan 5 % hilang (losses). Dari data tersebut, terlihat bahwa proporsi penggunaan jagung untuk pangan masih tinggi (34 %). Di lain pihak terdapat peluang ekspor karena permintaan jagung dunia diperkirakan akan meningkat sebesar 50 %, yakni dari 558 juta ton pada tahun 1995 menjadi 837 juta ton pada tahun 2020. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, upaya peningkatan produksi jagung nasional juga diarahkan untuk mengisi sebagian pasar dunia yang besar.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Agar mengetahui cara berbudidaya tanaman jagung dengan benar, analisis usaha budidaya tanaman jagung apakah menguntungkan atau tidak, dan bagaimana cara untuk memanajemen usaha budidaya tanaman jagung ini.


BAB II

TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG

2.1 ASPEK BUDIDAYA

Budidaya tanaman jagung pada umumnya tidaklah terlalu sulit, karena tanaman ini sangat cocok tumbuh di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6-8. Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pergunungan pada ketinggian 1000-1800 m di atas permukaan laut.

2.1.1 SYARAT TUMBUH

2.1.1.1 Iklim

Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari, curah hujan, temperatur, kelembaban, dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-pohon atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Kami mulai menanam jagung pada awal musim hujan. Suhu optimumnya antara 23 0C–300 C.

2.1.1.2 Media Tanam

Media tanam yang kami gunakan dalam budidaya jagung ini tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur, dan kaya humus agar berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5.

2.1.1.3 Ketinggian Tempat

Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

2.2 PEDOMAN BUDIDAYA

2.2.1 Syarat Benih

Bermutu tinggi baik genetik, fisik, dan fisiologi (jagung manis hibrida varietas sweet boy). Daya tumbuh benih lebih dari 90% dan bersetifikat. Kebutuhan benih pada lahan 20 m X 80 m ± 18 g atau sekitar 128 benih.

2.2.2 Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa rumput yang cukup banyak dicangkul (dibalikan) untuk menjadi pupuk organik dikembalikan ke dalam tanah. Tanah yang akan ditanami, dicangkul sedalam 20-30 cm, kemudian diratakan. Dibuat bedengan atau jalur lahan seluas 80 cm X 40 cm.

2.2.3 Pemupukan

a. Seminggu sebelum benih di tanam ke lubang tanam, diberikan 0,31 kg pupuk kandang per lubang tanam untuk mengembalikan unsur hara dalam tanah

b. Pada saat tanam, diberikan Urea 12,5 gram/lubang tanam; SP36 6,25 gram/lubang tanam; dan KCl 2,08 gram/lubang tanam, cara pemberiannya adalah dengan tugal pada jarak 5 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi

c. Susulan I, pada saat umur 21 HST dengan Urea 12,5 gram/lubang tanam; SP36 6,25 gram/lubang tanam; dan KCl 2,08 gram/lubang tanam ditugal dengan jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi

d. Susulan II, pada umur 35 HST pemberian Urea sebanyak 12,5 gram/lubang tanam; SP36 gram/ lubang tanam; dan KCl 2,08 gram/lubang tanam ditugal dengan jarak 15 cm dari tanaman jagung

e. Pemakaian furadan dapat diaplikasikan pada saat benih mulai ditanam dengan cara menyebarkannya di sekitar benih sebanyak 0,5 gram per tanaman.

f. Untuk mencegah dari serangan hama lalat bibit, maka diberi insektisida granul (WinGran 0,5 G) ke dalam lubang tanam dengan dosis 1 gram/lubang tanam.

2.2.4 Teknik Penanaman

a. Penentuan Pola Tanaman

Pola tanam yang kami gunakan dalam budidaya jagung adalah melakukan penanaman lebih dari 1 butir benih yaitu 2 butir benih dalam tiap lubang dengan menggunakan 16 bedengan yang berisi 4 lubang tanam, jadi populasi keseluruhan jagung berkisar 64-128 tanaman. Tetapi apabila penanamannya terganggu maka kami akan melakukan penjarangan, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang lainnya dalam satu lubang tersebut.

b. Lubang Tanam dan Cara Tanam

Lubang tanam ditugal dengan kedalaman 5-8 cm dan jarak tanam 70 cm X 40 cm. Terdiri dari 16 bedengan dan setiap bedengan ada 4 lubang tanam, sehingga populasi tanaman yang dihasilkan adalah 64-128 tanaman. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar.

2.2.5 Pemeliharaan Tanaman

a. Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 30 HST. Tanaman yang tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tepat di atas permukaan tanah. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau garu, dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

c. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

d. Pengairan dan penyiraman

Pengairan dan penyiraman diberi secukupnya selama masa pertumbuhan, terutama pada saat musim kemarau. Pengairan berikutnya diberikan 2 minggu sekali atau pada saat dibutuhkan sampai tongkol terisi penuh. Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung. Pengairan atau penyiraman dikakukan secara irigasi dengan menggunakan selang, karena lahan jauh dari sumber air. Sumber air terdapat pada gedung sekolah yang terletak berdekatan dengan lahan budidaya.

2.2.6 Hama dan Penyakit

A. Hama

· Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman; tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan; dan sanitasi kebun.

· Ulat Pemotong

Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong Agrotis ipsilon, Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: tanam serentak atau pergiliran tanaman; cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah).

B. Penyakit

· Penyakit bulai (Downy mildew)

Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis, P. Javanica, dan P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 27 0C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: pada umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, dan sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; pada umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: penanaman menjelang atau awal musim penghujan; pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; cabut tanaman terserang dan musnahkan.

· Penyakit bercak daun (Leaf bligh)

Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: pergiliran tanaman; mengatur kondisi lahan agar tidak lembab.

· Penyakit karat (Rust)

Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: mengatur kelembaban; menanam varietas tahan terhadap penyakit; sanitasi kebun.

· Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)

Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: mengatur kelembaban; memotong bagian tanaman dan dibakar.

· Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: menanam jagung varietas tahan penyakit, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, dan perlakuan benih.

2.2.7 Panen dan Pasca Panen

A. Ciri dan Umur Panen

Umur panen 68 hari setelah tanam, dimana buah sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah mongering (menguning). Bila kelobot dibuka biji sudah tampak. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

B. Cara Panen

Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

C. Pengupasan

Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

D. Pengeringan

Pengeringan jagung dengan sinar matahari (± 7-8 hari) hingga kadar air menjadi ± 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

E. Pemipilan

Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

F. Penyortiran dan Penggolongan

Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan, dan menaikkan kualitas panenan.

2.3 KENDALA SAAT MELAKUKAN BUDIDAYA

a. Hama Ulat Pemotong (Agrotis ipsilon, Spodoptera litura)

Tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, adanya bekas gigitan pada batang, tanaman yang masih muda menjadi roboh (jumlah yang terserang ± 3 tanaman jagung).

b. Air

Kurangnya ketersediaan air di lahan pada saat musim kemarau.

2.4 SOLUSI

a. Hama Ulat Pemotong (Agrotis ipsilon, Spodoptera litura)

Tanam serentak atau pergiliran tanaman, cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah).

b. Air

Membayar iuran setiap minggunya untuk pengambilan air, karena saat itu cuacanya sedang dalam keadaan musim kemarau yang cukup panjang, jadi ketersediaan air sedikit.

BAB III

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

a. Waktu penanaman pada bulan September-Januari pada akhir musim panas dan awal musim hujan.

b. Tempat budidaya adalah di lahan Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

3.2 ALAT DAN BAHAN

a. Benih jagung

b. Pupuk kandang

c. Pupuk urea

d. Pupuk denaya

e. Pupuk KCl

f. Cangkul

g. Sabit

h. Areal budidaya

3.3 JADWAL KEGIATAN

No.

Hari, Tanggal

Kegiatan

1.

Jumat, 14 September 2012

Persiapan Lahan

2.

Senin, 24 September 2012

Pengolahan Lahan

3.

Selasa, 25 September 2012

Pembuatan lubang tanam (pemupukan dengan pupuk kandang)

4.

Senin, 08 Oktober 2012

Penanaman + Pemupukan

5.

Senin, 29 Oktober 2012

Pemupukan Susulan I + Penyulaman

6.

Senin, 12 November 2012

Pemupukan Susulan II

7.

Jumat, 30 November 2012

Penyiangan

8.

Senin, 31 Desember 2012

Pemanenan

9.

Selasa, 1 January 2013

Pasca Panen

* penyiraman dilakukan setiap hari.

BAB IV

ANALISA USAHA

Perkiraan analisis usaha tani tanaman jagung seluas 2 m X 8 m pada tahun 2012.

No

Uraian

Volume

Harga Satuan (Rp)

Total Harga (Rp)

Keterangan

I.

1. Benih

2. Pupuk

a. Kandang

b. Urea

c. KCL

d. SP36

e. Furadan

3. Tenaga Kerja

4. Biaya Tak Terduga

1 bungkus

20 kg

2,4 kg

0,4 kg

1,2 kg

2 kg

1

-

55.000

2.000

2.000

2.000

2.200

11.500

50.000

40.000

55.000

40.000

4.800

800

26.400

23.000

50.000

40.000

1 bungkus benih = 250 gram = ± 1.800 biji

Variable Cost

240.000

II.

Biaya Peralatan

1. Ember

2. Sprayer

2 buah

1 buah

10.000

20.000

20.000

20.000

III.

Total Cost

280.000

Dengan data :

Luas Lahan = 10 (200 cm X 400 cm)

= 800.000 cm2

= 80 m2

1. Kebutuhan Pupuk

· Pupuk Kandang

Dik: 2,5 ton/ha

Dosis = kebutuhan pupuk : lubang tanam

= 20 kg : 100 tanaman

= 0,2 kg/tanaman

Kebutuhan pupuk = 100 tanaman X 0,2 kg/tanaman

= 20 kg

Biaya kebutuhan = 20 kg X Rp. 2.000,-/kg

= Rp. 40.000,-

· Pupuk Urea

Dik: 350 kg/ha

Dosis = kebutuhan pupuk : lubang tanam

= 2.800 gram : 100 tanaman

= 28 gram/tanaman

= 0,028 kg/tanaman

Kebutuhan pupuk = 100 tanaman X 0,028 kg/tanaman

= 2,8 kg

Biaya kebutuhan = 2,8 kg X Rp. 2.500,-/kg

= Rp. 7.000,-

· Pupuk KCl

Dik: 150 kg/ha

Dosis = kebutuhan pupuk : lubang tanam

= 1200 gram : 100 tanaman

= 12 gram/tanaman

= 0,012 kg/tanaman

Kebutuhan pupuk = 100 tanaman X 0,012 kg/tanaman

= 1,2 kg

Biaya kebutuhan = 1,2 kg X Rp. 2.500,-/kg

= Rp. 3.000,-

2. Biaya Upah Tenaga Kerja

Upah = Rp. 50.000/HOK

= 1 HOK X Rp. 50.000,-/HOK

= Rp. 50.000,-

3. Perkiraan Hasil Panen

1 tanaman = 0.3 kg

100 X 0.3 = 30 kg

30 X 80 % = 24 kg


BAB V

KESIMPULAN

· Mengetahui dan mempelajari bagaimana cara bercocok tanaman yang baik dan benar untuk mendapatkan hasil panen yang maksimum.

· Pengusahaan budidaya jagung dilihat dari kriteria aspek tenis layak dilakukan, kriteria penilaian aspek teknis adalah iklim dan kondisi tanah serta ketersediaan air.

· Pada budidaya jagung ini akan mengalami beberapa asumsi yang masih merugikan pada saat pembudidayaan dilakukan, misalnya asumsi kegagalan pembibitan maksimum 2,5 % yang dikarenakan cuaca atau iklim yang kurang mendukung.

DAFTAR PUSTAKA

Akil, Muhammad. 2003. Teknologi budidaya jagung untuk pangan dan pakan yang efisien dan berkelanjutan pada lahan marginal. Laporan akhir 2003. Balitsereal.

BPS dan Ditjen tanaman pangan. 2003. www.deptan.go.id

Karsyno, F. 2002. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia selama empat dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia, Makalah disampaikan pada diskusi nasional Agribisnis jagung di Bogor, 24 juni 2002, Badan Litbang Pertanian.

Safruddin dan Saenong. 2006. Petunjuk Penggunaan Bagan Daun (BWD) pada tanaman jagung (leaflet).

LAMPIRAN FOTO-FOTO

jagung5  jagung6

jagung4  jagung1jagung3 jagung2

1 komentar:

silahkan berkomentar