LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN
DASA-DASAR AGRONOMI
PEMBIBITAN DURIAN DENGAN TEKNIK SAMBUNG “MATA TEMPEL”
Di Susun Oleh:
Atep M. Kholid (1210706001)
Arie Setiana (1210706003)
Heryanto (1210706010)
Fajar Ridwanulloh (1210706011)
Fidril Syamsudin (1210706017)
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Duran dengan nama latin durio zibethinus merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam.
Tanaman buah durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki varian durian terbanyak di dunia. Varian durian di Indonesia dapat mencapai ratusan, dari durian yang memiliki rasa enak hingga durian yang memiliki rasa tidak enak. Indonesia seharusnya dapat menciptakan jenis durian
unggulan sendiri, tidak hanya mengembangkan bibit durian dari luar negeri. Sehingga Indonesia dapat dibuat komoditas durian unggulan yang dapat bersaing di dunia.
Salah satu cara untuk menghasilkan komoditas unggulan dilakukan melalui metode sambung mata temple “okulasi” dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah yang akan dikaji sebagai berikut :
(1) Bagaimana cara kerja penyambungan mata tempel pada durian? (2) Jenis durian apa yang menjadi sumber mata tempel?
(3) Perlakuan apa saja sebelum dan sesudah penyambungan?
(4) Kendala apa saja dalam proses penyambungaan?
(5) Hasil proses di pasarkan kemana saja?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah yang berjudul “ Perbanyakan Durian Dengan Teknik Sambung ‘Mata Tempel’ ” adalah sebagai berikut :
(1) Untuk mengetahui cara kerja penyambungan (2) Untuk mengetahui jenis-jenis durian yang dilakukan penyambungan.
(3) Untuk mengetahui perlakuan proses sebelum dan sesudah penyambungan
(4) Untuk mengetahui kendala dari proses penyambungan “mata tempel”
(5) Untuk mengetahui pemasaran hasil proses penyambungan
BAB II
METODE
2.1 Tempat dan waktu
Tempat dilakukan penelitian teknik sambung mata tempel yaitu di Majalengka tepatnya di desa Indrakila kampung Raja Galuh pada: Hari Sabtu, 10 Maret 2012.
2.2 Bahan dan AlatAlat: | Bahan: | ||||||||
Alat tulis Pisau cutter tipis | mata tempel durian unggul | ||||||||
plastik kecil (plastik es lilin) | batang bawah durian | ||||||||
2.3 Metode:
· Observasi
Luas lahan yang dilakukan untuk praktek penyambungan adalah ± 1,5/Ha, terbagi kedalam empat bagian antara lain:
· Luas lahan untuk persemaian batang bawah ± 20 m2
· Luas lahan untuk penyimpanan bibit dari persemian ± 300 m2 , terbagi kedalam 3 tempat pemindahan
· Luas lahan untuk proses penyambungan “mata tempel” ± 130 m2
· Luas lahan untuk hasil proses penyambungan ± 130 m2
· Luas lahan untuk hasil yang sudah siap untuk di pasarkan ± 500 m2, terbagi kedalam 5 tempat penyimpanan sesuai umur bibit durian
Bibit durian yang dijadikan batang bawah untuk proses penyambungan adalah batang bawah yang memiliki ketahanan pada hama penyakit, sebagai penyanggah yang kuat dan kebanyak dari jenis durian biasa “lokal”.
Mata tempel yang digunakan adalah jenis durian yang memiliki kuantias dan kualitas yang baik, kebanyakan bahan mata tempel yang digunakan jenis durian yang unggul dan mempunyai daya jual yang tinggi
· Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu petani disana yang bernama Bpk Dema. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu telah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berhubungungan tentang perbanyakan durian.
Beliau memaparkan berbagai tahap dari mulai persemaian sampai pemasaran memiliki tahap-tahap pekerjaan diantaranya persemaian, pemindahan bibit, proses penyambungan, penyeleksian, pemeliharaan bibit yang sudah jadi hingga pemasaran. Bahkan beliau menyebutkan banyak berbagai kendala selama proses perbanyakan dilakukan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembibitan durian di Majalengka dilakukan pertama kali pada tahun 1980 pembibitan ini didaerah sana sering disebut “tempel”. Pohon durian yang biasa dilakukan penyambungan adalah durian jenis montong, matahari, Ci anjur, arab, kuning mas dan lain-lain. Keunggulan dari teknik sambung ini adalah pada masa berbuah yang cepat ketika pohon durian berumur 5-6 tahun akan berbuah tetapi jika tidak menggunakan teknik sambung akan berbuah pada umur 7-10 tahun, dan pada pohon yang dilakukan sambung mata tempel telihat pendek berbeda dengan yang tidak dilakukan teknik sambung.
Gambar.1. Proses persemaian
Dengan sambung mata tempel yang telah dilakukan di Majalengka. Pembibitan batang bawah dilakukan bukan pada saat musim durian. Karena daerah Majalengka lebih tepatnya kampung Indrakila memiliki ketinggian ± 1000 meter di atas permukan laut.
Urutan kerja dalam mempersiapkan persemaian dan pendederan biji tersebut adalah :
1. Siapkan biji/benih yang berasal dari durian matang, Bersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat pada biji. Hindarkan dari terpaan sinar matahari langsung.
2. Buat bedengan pederan, kemudian Semaikan biji yang tersedia .
3. Beri perlakukan fungisida untuk menghidari serangan jamur dan perlakuan insektisida butiran untuk mencegah serangan serangga, mislanya semut.
4. Buat naungan kolektif untuk bedengan pendederan benih selama satu bulan.
Setelah bibit berumur sekitar dua bulan, selanjutnya diseleksi, dan akar yang terlalu panjang dipotong, disesuaikan dengan ukuran kantong plastik yang digunakan.
Langkah berikutnya, bibit dipindahkan ke kantong plastik (polibag) yang berisi media tumbuh tanah dan pupuk kandang. Dengan menggunakan kantong plastik ukuran kecil seperti dikemukakan diatas, maka akan lebih banyak bibit yang dapat dipelihara dalam satuan luasan tertentu. Sehingga setelah bibit berumur tiga bulan penyambungan sudah dapat dilakukan.
Kemudian dilanjutkan dengan penyambungan, mata tempel didatangkan dari Bogor, karena didaerah Majalengka atau sekitarnya tidak terdapat perkebunan durian dan induk durian yang menghasilkan buah yang banyak atau berkualitas.
Ketika kegiatan penyambungan adalah mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan, diantara lain pisau cutter yang sangat tipis. Selanjutnya, sediakan plastik pengikat berupa plastik kemasan es lilin, kemudian iris mata tempel, Batang bawah disayat sesuai ukuruan mata tempel, kemudian tempelkan pada batang bawah, dan selanjutnya diikat dengan lembaran plastik pengikat upayakan tidak ada celah antara tunas sambung dengan batang bawah untuk mencegah masukknya air dan penyakit pada bekas perlukaan tersebut yang dapat menggagalkan mata tempel dengan batang bawah.
Gambar.4. Proses penyambungan dan hasil penyambungan
Ketika pemeliharaan bibit yang dilakukan hanya penyiraman, pemupukan dan penyemprotan fungisida, penyakit yang dominan kemungkinan serangan jamur. Selanjutnya penempatan bibit durian sambungan dalam sungkup berlangsung selama satu bulan, dan pada akhirnya sungkup dibuka. Selama bibit durian sambungan dalam sungkup, tidak dilakukan penyiraman karena kelembaban cukup tinggi dan penyiraman dapat memicu serangan penyakit, terutama jamur.
Kegiatan lanjutan dimaksudkan dengan seluruh kegiatan berikutnya setelah sungkup dibuka sampai bibit durian sambungan ditanam atau disalurkan kepada konsumen. Menurut pak Dema “Penyiraman benih seperlunya saja, dan jika dilakukan pada sore hari, lebih bagus sebelum matahari terbenam karena untuk menghindari serangan penyakit jamur.”
Kegiatan lanjutan berikutnya dilakukannya seleksi benih dengan memisahkan bibit sambungan jadi dengan sambungan yang gagal, kemudian melakukan penyiangan dengan mencabut gulma yang tumbuh pada polybag. Ketika semuanya telah dilakukan bibit durian dipindahkan ke polybag yang berukuran lebih besar menggunakan media tanah pupuk kandang dicampur furadan dan pupuk SP-36 seperlunya.
Gambar.5. Penyakit pada bibit durian.
Para petani disana menghawatirkan penyerangan jamur karena bibit durian rentan terhadap jamur pada batangnya, daun muda bolong akibat sengatan matahari dan bercak kuning di sebabakan oleh hama werang, para petani mengobatinya dengan cara tradisional yang itu dengan menggunakan belerang yang di oleskan pada batang sehingga jamur mati, untuk pada daun yang dilakukan hanya memotongnya.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses penyambungan mata tempel pada durian diawali dengan menyayat batang bawah dan menyayat mata tempel, mata tempel yang sudah siap tempelkan pada batang bawah selanjutnya diikat dengan lembaran plastik pengikat dari bawah ke atas, upayakan tidak ada celah.
2. Jenis durian untuk mata tempel yang digunakan adalah jenis durian unggul yang menghasilkan kuantitas dan berkualitas yang baik dan berjual ekonomi tinggi seperti durian jenis montong, matahari, Ci anjur, arab, kuning mas dan lain-lain.
3. Perlakuan sebelum bibit siap untuk dilakukan proses penyambungan adalah pemindahan persemaian bibit durian ke polybag dan dilakukan pemeliharaan sebelum siap untuk di proses. Kemudian untuk perlakuan sesudah penyambungan adalah dilakukannya seleksi, penyiraman, penyiangan, pemotongan, dan pemindahan ke polybag yang sedang atau besar.
4. Pada saat proses penyambungan sering terjadi kendala-kendala yang mengakibatkan penyambungan jarang dilakukan, kendalanya adalah ketika batang bawah belum siap atau stok mata tempel tidak ada dan cuaca “hujan” yang terus menerus mengakibatkan penyambungan sedikit terganggu.
5. Pemasaran hasil dari proses penyambungan hampir di sebar ke seluruh Indonesia bahkan di ekspor ke negara-negara tetangga dengan harga sesuai umur bibit.
DAFTAR PUSTAKA
“Perpres No.6 Tahun 2011”. 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
Brotur, 2005. Macam Hama Tanaman Durian: Ghalia Indonesia. jakarta
Prastowo, Nugroho H, James M.R, Gerhard E.S.M, Erry N, Juel, M.T, Fransiskus H, Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah, World Agroforestry Center, 2006. Bogor
Syarifudin. 2008. Tanaman Unggulan : PT Cipta Widya Swara. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar